Jembatan Kota Intan: Jejak Sejarah yang Bertahan di Kota Tua Jakarta

Jembatan Kota Intan: Jejak Sejarah yang Bertahan di Kota Tua

Jembatan Kota Intan: Jejak Sejarah yang Bertahan di Kota Tua Jakarta – Di tengah hiruk-pikuk Kota Jakarta yang terus berkembang, terdapat sebuah peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh—Jembatan Kota Intan. Jembatan ini bukan sekadar penghubung fisik, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota ini sejak zaman kolonial. Dengan arsitektur khas dan nilai historis yang tinggi, Jembatan Kota Intan menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi para pencinta sejarah dan budaya.

Sejarah Jembatan Kota Intan

Jembatan Kota Intan di bangun pada tahun 1628 oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda yang berkuasa di Nusantara pada masa itu. Awalnya, jembatan ini di kenal dengan nama Engelse Burg atau Jembatan Inggris, karena letaknya yang berdekatan dengan kubu pasukan Inggris. Namun, seiring berjalannya waktu, jembatan ini mengalami beberapa kali perubahan nama sesuai dengan kondisi dan peristiwa yang terjadi.

Pada tahun 1630, setelah mengalami kerusakan akibat serangan pasukan Banten dan Mataram, jembatan ini di bangun kembali oleh VOC dan di beri nama Jembatan Pasar Ayam atau Hoenderpasarburg, karena di sekitarnya terdapat pasar ayam yang ramai di kunjungi penduduk Batavia. Kemudian, pada tahun 1655, jembatan ini di perbaiki dengan bahan batu setelah sebelumnya terbuat dari kayu dan diberi nama Het Middelpunt Burg atau Jembatan Pusat.

Ketika Belanda berada di bawah kekuasaan Ratu Juliana, jembatan ini sempat di kenal dengan nama Jembatan Ratu Juliana, setelah di perbaiki oleh sang ratu. Setelah Indonesia merdeka, namanya di ubah menjadi Jembatan Kota Intan, sesuai dengan lokasi setempat yang dahulu merupakan bagian dari Bastion Diamond di Kastil Batavia.

Baca Juga : Menjelajahi Skywalk Senayan Park untuk Menikmati Indahnya Panorama Jakarta

Keunikan Arsitektur Jembatan Kota Intan

Jembatan Kota Intan memiliki desain yang unik dan berbeda dari jembatan lain di Jakarta. Jembatan ini merupakan jembatan jungkit, yang memungkinkan bagian tengahnya di angkat agar kapal-kapal dapat melintas di bawahnya. Pada abad ke-17, kapal-kapal masih bisa berlayar lebih jauh ke hulu Sungai Ciliwung dengan cara mengangkat bagian tengah jembatan ini.

Meskipun struktur kayu aslinya telah di ganti dengan baja, jembatan ini masih mempertahankan bentuk dan gaya arsitektur khasnya. Dengan warna merah kecoklatan yang elegan, jembatan ini tetap menjadi ikon bersejarah yang menarik perhatian wisatawan dan fotografer.

Jembatan Kota Intan sebagai Saksi Sejarah Kelam

Selain menjadi penghubung antara Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Batavia, Jembatan Kota Intan juga menyimpan sejarah kelam yang terjadi pada masa VOC. Pada tahun 1740, terjadi pembantaian besar-besaran terhadap etnis Tionghoa oleh pasukan VOC, yang menyebabkan air di sekitar jembatan berubah menjadi merah karena darah. Peristiwa ini di kenal sebagai Tragedi Angke, yang meninggalkan luka mendalam dalam sejarah Jakarta.

Jembatan Kota Intan di Era Modern

Saat ini, Jembatan Kota Intan berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2023, jembatan ini mengalami pemugaran untuk memperkuat struktur bangunan dan meningkatkan daya tarik wisata. Dengan lapisan kayu ulin dan kayu jati, jembatan ini tampak lebih kokoh dan tetap mempertahankan keindahan arsitekturnya.

Jembatan Kota Intan kini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung yang ingin menikmati suasana Kota Tua Jakarta. Banyak wisatawan yang datang untuk mengabadikan keindahan jembatan ini melalui fotografi, serta menikmati pemandangan sekitar yang di penuhi bangunan bersejarah.